Rabu, 30 November 2016

Materi Ilmu Ukur Tanah



BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Ilmu ukur tanah adalah mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa teknik sipil. Oleh sebab itu diharapkan semua mahasiswa mampu bekerja secara profesional dalam bidang pengukuran dan pemetaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka mahasiswa teknik sipil Universitas Muhammadiyah Purworejo perlu melaksanakan praktik pengukuran dan pemetaan.

B.     MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan diselenggarakannya Praktikum Ilmu Ukur Tanah  ini adalah:
1.      Melatih mahasiswa untuk dapat bekerja dilapangan.
2.      Melatih mahasiswa agar dapat menerapkan ilmu atau teori yang diterima saat perkuliahan.
3.      Agar memahami prosedur pekerjaan lapangan baik secara teknis maupun non teknis sehingga nantinya bisa menjadi tenaga profesional.
4.      Untuk memenuhi syarat akademik pada program study Teknik Sipil  sebagai tugas wajib mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.   ILMU UKUR TANAH SATU ( SIPAT DASAR )
1.      GAMBAR WATERPASS DAN ALAT BANTU

Keterangan:
1. Nivo
2. Pengatur gerak halushorizontal
3. Tiga sekrup Penyetel
4. Dudukan Alat
Rambu ukur




5.Pengatur Fokus
6.Teropong
7. Cermin Pengamat Nivo
8. Pembidik atau fesir




Palu
Roll Meter

Pathok
Unting-unting


 Gambar 2.1 Waterpas dan Alat Bantu )




2.      JENIS DAN VOLUME PEKERJAAN
Langkah-langkah yang ditempuh :
1)      Pengenalan alat ukur waterpass
2)      Pengaturan nivo
3)      Pembacaan benang bawah,tengahdanatas
4)      Pengaturan sumbu vertikal dan horizontal
5)      Pengukuran jarak secara langsung dan optis
6)      Pembuatan dan pengukuran poligon tertutup

3.      PENYIPATAN DATAR
Pelaksanaan penyipatan datar meliputi tiga pekerjaan yaitu:
1)      Pelaksanaan pekerjaan trase pengukuran
2)      Pelaksanaan pengukuran sipat datar memanjang
3)      Pelaksanaan pengukuran sipat datar melintang

Dasar tinggi
Untuk menyatakan tinggi atau elevasi suatu titik tertentu kita harus menentukan semua titik sebagai dasar tinggi yang elevasinya kita tetapkan  ± 0,000 m.  Umumnya yang sering kita - kita jumpai ada tiga macam titik yaitu:
1)      Permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level)
2)      Nol Normal
3)      Nol Lokal

1.      Permukaan Air Laut Rata-rata
Untuk menentukan tinggi  air laut rata–rata agar mencapai tingkat ketelitian yang tinggi,dibutuhkan waktu kira-kira 19 tahun. Permukaan air laut setiap hari, setiap bulan bahkan setiap tahun tidak selalu tetap. Pasang surut air laut mempengaruhi permukaan setiap harinya. Demikian juga saat bulan purnama atau bulan baru air laut akan mencapai nilai tertinggi atau terendah. Variasi tahunan  permukaan air laut tiap tahunnya terjadi variasi tenggang air. Oleh karena pengaruh-pengaruh tersebut maka untuk memperoleh permukaan air laut rata-rata diperlukan jangka waktu yang relatif lama, kira-kira 19 tahun dan berlaku untuk suatu masa tertentu.



2.       Nol Normal
Dengan mengambil suatu lokasi dan titik dasar tertentu di darat yang ketingggiannya ± 0,000 m dapat ditentukan ketinggian titik-titik yang lain. Titik dasar tertentu itulah yang kita sebut  titik Nol Normal.
3.       Nol Lokal
Untuk daerah-daerah yang belum ada titik tinggi biasa diambil suatu titik yang dianggap sebagai dasar tinggi. Tinggi yang dinyatakan dengan cara ini disebut dengan tinggi nol lokal. Maka dalam hal ini diambil ±  0,000 m atau angka lain.

4.      TEORI DASAR PENGUKURAN SIPAT DATAR
Tujuan dari pengukuran sipat datar adalah untuk memperoleh beda tinggi dua tempat yang diukur.
( Gambar 2.2 pengukuran sipat datar dititik A dan B )

Keterangan Gambar:
AA’= Bak rambu pada titik A
BB’ =Bak rambu pada titik B
btA =Pembacaan benang tengah pada rambu AA’
btB = Pembacaan benang tengah pada ramu BB’
HAB = Selisih tinggi A dan B
Beda tinggi A dan B didapat dari hasil pembacaan yang tepat dengan garis bidik mendatar pada teropong yang dibaca pada rambu tegak (vertikal) yang akan dibaca sebagai btA dan btB. Besarnya beda tinggi yang diperoleh dari hasil pengurangan pembacaan benang tengah rambu A (belakang) dengan sumbu B muka.
∆hAB= btA+btB
Bila harga h positif, berarti titik B lebih tinggi dari titik A demikiah pula sebaliknya, bila h negatif Berarti titik B lebih rendah dari titik A.
Bila titik A diketahui titiknya diatas bidang referensi adalah hA dan selisih tinggi antara titik A dan titik B adalah:
∆hb=hA+Hab
Pengukuran antara dua rambu patok dinamakan dengan satu slag, jarak antara titik A dan B jauh sehingga terpaksa dilakukan beberapa kali memindahkan dan mendirikan instrumen (terdiri dari beberapa slag), rangka pengukuran yang terdiri dari hanya slag dinamakan satu seksi. Dengan mengadakan pengukuran rangkaian rambu-rambu seperti terlihat pada gambar 2.3 . Maka dapat dicari beda tinggi antara masing-masing titik A-1,A2,2-B,..., n-B, dengan jalan menjumlahkan beda tinggi tiap slag, pengukuran demikian disebut Pengukuran SipatDatar Memanjang.

(  Gambar 2.3 Pengukuran Sipat Datar Memanjang )
Rangkaian pengukuran sipat datar memanjang yang terdiri dari beberapa slag bila diketahui titik A= HA. Maka tinggi setiap titik 1,2,3...,n adalah sebagai berikut:
Titik 1 =HA+h1
Titik 2 =HA+h1+h2
Titik 3 = HA+h1+h2+h3
Titik 4 = HA+h1+h2+h3+...+hn
Sipat datar memanjang dari titik A sampai ke titik n dinamakan sipat datar sejalan. Bila diadakan pengukuran kembali (dari titik akhir ke titik awal) dinamakan sipat datar pulang.
Sedangkan sipat datar memanjang dari titik A,1,2,3,...,n dan berakhir lagi ke titik awal atau tetap (titik A) dengan membentuk lingkaran dan melalui beberapa sudut, pengukuran ini disebut dengan sipat datar tertutup ( polygon tertutup ).
Pada pengukuran sipat datar pergi dan pulang umumnya pengukuran pergi dilakukan pada pagi hari sampai menjelang petang, kemudian pengukuran beda tinggnya hingga berakhir sampai titik awal atau titik tetap. Dengan demikian sewaktu pemetaan situasi dikertas tidak terjadi kesalahan dalam menggabungkan titik yang terukur.
Selain pengukuran memanjang ada juga pengukuran sipat datar melintang. Sipat datar melintang dilaksanakan dengan mengambil titik-titik kiri dan kanan titik bantu dan tegak lurus arah memanjang.
5.      MACAM-MACAM ALAT UKUR SIPAT DATAR
Waterpass
Waterpass  adalah alat ukur untuk mengukur benda tinggi antara dua titik dilapangan dengan hasil yang teliti dan juga untuk mengukur sudut datar. Berdasarkan konstruksinya,alat ukur sipat datar dibagi menjadi 4 macam:
a.       Tipe semua tetap,nivo tetap sedangkan teropong, hanya dapat diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
b.      Mempunyai alat ukur nivo koreksi dan ditempatkan pada teropong , selain dapat diputar dengan satu sumbu letaknya searah dengan garis bidik ( garis mekanik).
c.       Teropong yang mempunyai sumbu mekanik tetap tidak diletakkan diatas teropong namun dibawah lepas teropong.
d.      Teropong yang dapat diangkat dari bawah alat ukur dan ditempatkan dibawah,sedang nivo diteropong.





6.      SYARAT-SYARAT PENGATURAN ALAT SIPAT DATAR
Sebelum alat ukur sipat datar dipakai pada pengukuran dilapangan perlu diperhatikan apakah alat ukur sudah memenuhi syarat dalam pemakaiaan.
Adapun syarat-syarat pngukuran sipat ukur tanah adalah:
1.      Mengatur sumbu I vertikal
Untuk mendapat sumbu I vertikal cukup menyeimbangkan nivo kotak untuk setiap kedudukan awal yaitu dengan memutar sekrup penyetel A,B dan C.
2.      Mengatur garis bidik sejajar dengan arah garis nivo
Mula-mula kita mendirikan statif dan waterpas usahakan keadaan datar kemudian gelembung nivo ditempatkan pada kedudukan I dan dipindahkan pada kedudukan  II dengan menyetel sekrup A dan B diputar bersama-sama dengan arah berlawanan kemudian dipindah lagi pada kedudukan III dengan memutar sekrup C,jika gelembung nivo tidak mengalami perubahan berarti sudah sejajar.

3.      Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I
Dapat dilaksanakan dengan cara mengarahkan teropong ke titik pusat yang dibuat pada kertas, yang ditempatkan pada tembok. Kemudian teropong diputar lalu diamati. Apabila benang silang mendatar tegak lurus sumbu I, maka titik tersebut telah berimpit dengan benang silang mendatar. Bila terjadi sebaliknya maka perlu dikoreksi diagramnya jalan diubah pada kedudukan yang baku dengan pertolongan sekrup,diagaram putar sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pembetulan.



G.  SUMBER-SUMBER KESALAHAN DAN CARA MENGATASINYA
1.    Kesalahan pada pengukuran
Kesalahan ini banyak diakibatkan oleh pengamat itu sendiri. Dalam hal ini kesalahan pengukuran dapat diakibatkan oleh:
a.       Kesalahan pada mata
Hal ini disebabkan karena kebiasaan mengamati hanya dengan satu mata sehingga pada waktu pembacaan rambu menjadi kasar atau tidak tetap. Untuk menghidari kesalahan yang bersumber pada kesalahan mata,maka setiap mengamati teropong dengan satu mata, mata yang satunya diusahakan jangan dipicingkan, atau pengamatan dilakukan dengan mata bergantian untuk beberapa selang waktu. Bila cara tersebut tidak bisa dikarenakan mata lelah sebaiknya dihentikan sementara waktu, untuk memberikan mata istirahat.
b.      Kesalahan pada pembacaan
Karena seringnya membaca dengan rambu jalan perkiraan pada mata yang sudah lelah dan penyinaran rambu tidak merata maka lama-kelamaan perkiraannya menjadi jauh lebih besar. Hal ini dapat juga disebabkan karena kondisi fisik dari sipengamat telah turun dan juga kerana posisi yang tidak atau kurang tegak.

2.    Kesalahanpadakeadaanalam
a. Kelengkungan Bumi

( Gambar 2.4 Pengaruh Kelengkungan Bumi Terhadap Pengukuran )
CE adalah bidang nivo dan CF adalah garis singgung bidang nivo setinggi garis visir teropong.
EF adalah pengaruh kesalahan  akibat kelengkungan bumi dan CF adalah garis visir.
Besar pengaruh kesalahan ini adalah:
EF =
Dimana :
R = Jari-jari bumi
D = Jarak instrumen ke bak
Cara menghilangkan kesalahan akibat kelengkungan bumi:
1.Jarak-jarak instrumen ke rambu dibuat sama sehingga PA=PB
Hab     = (btA+ PA )-(btB+PB)
=(btA- btB )-( PA +PB)
=btA - btB
2.Dengan membuat jarak-jarak antara rambu dan instrumen sependek-sependek mungkin.
b. Refraksi Atmosfer
Refraksi adalah suatu keadaan dimana sinar tidak berjalan secara lurus akibat pembiasan dari lapisan-lapisan udara yang tidak sama tebalnya,akibat dari tebalnya, akibat dari pembiasan tersebut sinar merambat melengkung keatas. Pengaruh ini terjadi pada waktu pembacaan rambu akan terbaca lebih tinggi dari pembacaan sebenarnya. Kerena pengaruh menjadi besar (+) maka koreksinya diberikan dangan tanda (-).
Koreksi pengaruh refraksi dapat dinyatakan dengan rumus:
C=
Dimana:
C= koreksi karena pngaruh refraksi
D= jarak alat ukut ke rambu
R= jari-jari bumi
U= koefisien refraksi
Koefisien refraksi berubah-ubah, mulai dari 0 (nol) waktu matahari terbit, kemudian menurun karena perambatan panas sampai nol pada saat matahari tebenam.
Pengaruh kesalah refraksi ini dijadikan satu dengan pengaruh kelengkapan bumi yang dapat dijelaskan dengan rumus:
P= - (1- )D/2R
Pengaruh kesalahan ini dapat dihitung dengan cara membuat sama jarak antara instrumen atau alat ukur dengan ramu muka dan belakang pada setiap kedudukan alat.
c. kondisi tanah labil
Pada saat memasang statif tempat instrumen dipasang hendaknya kondisi tanah dimana akan ditempati alat ukur (instrumen ) berdiri diperhatikan terlebih dahulu. Karena apabila tanah dasar disekitar tempat alat ukur berdiri tidak stabil, akan timbul kemungkinan bahwa pada saat pembacaan rambu muka dan belakang dari tinggi alat ukur akan tidak sama. Selain itu kesukaran penempatan nivo alat ukut akan tidak sama. Selain itu kesukaran penempatan nivo alat ukut yang seimbang sebagai syarat ketelitian pembacaan yang mutlak. Demikian bila tanah tempat berdirinya rambu tidak stabil, bahaya amblesnya rambu ( tempat berdirinya rambu) sangat besar kemungkinanya. Kondisi aspal jalan raya juga merupakan kondisi tempat alat ukur yang tidak stabil, karena pada waktu tanah terik aspal tersebut akan menjadi lembek atau lunak sehingga mempengaruhi, kedudukan alat  (statif) atau tempat berdirinya rambu. Untuk menghindari kesalahan tersebut sebaiknya penempatan alat ukur atau rambu pada tanah yang kuat, stabil dan tanah yang keras.
d. Pengaruh temperatur
Karena perubahan temperatur dan perubahan penyinaran yang tidak merata pada alat ukur, maka akan mempengaruhi terhadap bagian-bagian penting alat ukur, seperti nivo,sumbu-sumbu teropong (vertikal dan horizontal),sekrup bergerak halus dan sebagainya, sehingga mempengaruhi kesempurnaan dalam pemakaian alat terseut. Nivo yang ada pada alat ukur, bila kena panas akan mengalami pemuaian tertentu, sehingga akan mempengaruhi letak gelembung nivo pada kedudukan seimbang. Begitu pula dengan sumbu-sumbu horizontal,vertikal dan teropong bila kena penyinaran terus menerus akan menyebabkan mengeringnya minyak pelumas yang ada pada teropong. Hal tersebut akan mengakibatkan sulit kerasnya perputaran terhadap sumbu-sumbunya. Karena pengaruh pada alat ukur  sebagaimana tersebut diatas) maka hasil pungukuran menjadi kurang atau tidak teliti. Perubahan temperatur juga dapat mengakibatkan pemuaianpada rambu,untuk rambu invar khusus mempunyai koefisien dapat diabaikan. Dapat juga dengan menggunakan dua rambu dengan jenis yang sama, dengan jarak rambu belakang kealat ukur, sehingga pengaruh pemakaian rambu akan hilang.
e. Karena  perbedaan lintang
           Pada pengukuran sipat datar memanjang yang menuju pada arah lintang yang berbeda, hasil beda tingginya perlu dikorelasi akibat beda nivo tidak sejajar sesamanya melainkan semakin mendekati permukaan air laut rata-rata, apabila lintangnya semakin besar. Koreksi karena perbedaan lintang ini disebut dengan orhthometris yang dinyatakan dengan rumus:
K=0,005288.sin . .arc18
Keterangan:
K= besaran harga orthometris
H= tinggi rata-rata tempat diatas datar sebelum koreksi
= lintang setempat rata-rata
 =selisih antara kedua pengukuran
Arc 18= 0,0002909
















1.      ILMU UKUR TANAH DUA ( PEMETAAN )
A. GAMBAR PESAWAT THEODOLITE
B.      BAGIAN-BAGIAN PESAWAT THEODOLITE


1.      Visir
2.      Teropong / Lensa Obyektif
3.      Sekrup gerak mikro
4.      Sekrup pengunci gerak halus vertikal
5.      Kaca Penerang / Cermin
6.      Nivo Tabung
7.      Sekrup gerak halus vertikal
8.      Lensa pengamat titik bawah
9.      Sekrup pengunci gerak halus horisontal
10.  Sekrup gerak halus horisontal
11.  Klem Repetisi
12.  Nivo Kotak
13.  Sekrup penyetel nivo
14.  Kepala Statif
15.  Pemfokus Benang
16.  Pemfokus Objek
17.  Lensa Pembaca sudut
18.  Pemfokus bacaan sudut


C.    PENGATURAN ALAT THEODOLIT
a.       Cara pengaturan  nivo kotak
Instrumen didirikan tepat diatas titik awal (PI), kemudian nivo kotak diatur dengan cara:

( Gambar 2.2 Pengaturan Nivo Kotak )
a)      Gerakkan gelembung nivo dari posisi I menuju posisi II dengan memutar sekrup A dan sekrup B ke kiri dan kekanan,secara bersama-sama dan berlawanan arah.
b)      Gerakkan gelembung nivo dari posisi II ke posisi III tepat ditengah lingkaran, dengan memutar sekrup C.



b.     
Cara pengaturan nivo tabung
a)      Arahkan nivo tabung sejajar dengan sekrup penyetel A dan B dengan posisi I.Pada posisi I arahkan gelembung tepat di tengah-tengah dengan memutar sekrup penyetel A dan B dengan cara bersama-sama dan berlawanan arah.
b)      Kemudian putar 180º dan masih sejajar dengan sekrup penyetel A dan B di posisi II. Pada posisi II apabila gelembung tidak berada di tengah nivo,maka gelembung diarahkan ke tengah-tengah nivo dengan cara menghilangkan penyimpangan ( ½ p ) memutar sekrup penyetel A dan B secara bersama-sama dan berlawanan arah.Sedang separuhnya lagi ( ½ p ) dihilangkan dengan sekrup koreksi nivo,dengan perantaraan pen koreksi.Ini harus dilakukan dengan hati-hati sekali dan disarankan memberi tahu asisten anda.
c)     
Setelah bawa nivo tabung ke posisi III atau putar 90º atau tegak lurus dengan sekrup penyetelA dan B. Pada posisi ini yang diputar  hanya sekrup penyetel C saja.
d)     Setelah itu putar theodolite ke semua arah apabila kedudukan nivo tidak berubah maka sumbu I sudah vertikal. Apabila belum,maka ulangi tindakan-tindakan  diatas hingga dicapai kedudukan yang selalu seimbang bila teropong diputar kesegala arah.

c.       Cara pengaturan sudut horizontal

a)       Dengan memutar piringan,buat bacaan sudut horizontal sama dengan 0 (nol )
b)      Klem repetisi dibuka sehingga bacaan sudut horizontal kesemua arah sama dengan 0 (nol )
c)      Pasang kompas dan cari arah utara magnetis. Pastikan bahwa pembacaan sudut horizontal arah utara kompas sama dengan  0 (nol), kemudian klem repetisi dikunci kembali dan pesawat siap dipakai.
d.      Cara Pembacaan Rambu

·         Benang atas          = 0689
·         Benanga tengah   = 0661
·         Benang bawah      = 0632
Hasil pembacaan
o   Sudut verikal                 = 89° 10’
                                                09’30’’
                           =89° 19’30’’
o   Sudut Horizontal           = 240° 20’
                                                  09’30’’
                        =240° 29’30’’


D.    FORMULA YANG DIPAKAI

a.       Mencari azimuth
Azimut adalah sudut horizontal yang terbentuk arah utara kompas dengan arah memutar searah jarum jam
Formula:
α = (α n-1) + 180°- n
Untuk yang berlawanan jarum  jam
Formula:
α = (α n-1)- 180°+ n

b.      Mencari beda tinggi dan jarak dengan metode hitungan tachimetri









Beda tinggi (∆h)
∆h = D.tg h + ti-bt

Dimana :
D = jarak
 h = helling = (90° - sudut vertikal )
ti = tinggi instrumen
bt = benang tengah

Ø  Jarak  (D)
D= A.Y cos2h
Dimana:
A = konstanta ( 100 )
Y = ba- bb
H = helling = (90° - sudut vertikal )

c.       Syarat dan formula pada polygon  tertutup
1.)    Koreksi sudut dalam
 = (n-2) 180°

Dimana:
= jumlah seluruh sudut dalam
 =  belakang – α muka
N = jumlah titik polygon
Syarat-syarat yang harus dipenuhi:
 = (n-2) 180° = f  = 0
Jika f  ≠ 0, maka harus diberikan koreksi masing-masing sudut dalam sebesar   f  / n. Untuk f  berharga positif,maka koreksinya berharga negatif dan sebaliknya.Jika f  tidak habis dibagi jumlah sudut,maka koreksi lebih besar diberikan pada sudut dengan jarak sisi yang lebih pendek.

2.)    Hitungan azimuth
αn = α (n-1) +180°- n
dimana:
α= sudut azimuth
n = titik ke n
 = besar sudut dalam

3.)    Koreksi jarak
K d sinα = 0   dan K dcos α = fy
Syarat:
K dsin α = 0 dan K d cos α = 0
Jika ∑D sinα 0=fx dan ∑D sinα 0 = fy,maka diberikan koreksi pada masing-masing  jarak sebesar koreksinya dikalikan jarak masing-masing dengan harga kebalikan dari harga koreksinya.

4.)    Koordinat
a.       Absis
Xn = X (n-1) + D (N-1) sinα(n-1) + KD (n-1) n Sin α(n-1)n
b.      Ordinat
Yn = Y (n-1) + D(n-1) cosα(n-1) + KD(n-1) n Cos α(n-1)n

E.     METODE YANG DIPAKAI

a.       Metode Kisi-kisi
Sebelum mengukur ketinggian, lahan yang  akan diukur dibuat petak-petak dahulu dengan jarak sama semacam kisi-kisi. Mengukur dengan metode ini akan memakan waktu yang lama karena harus menentukan titik-titik kisi-kisinya,tetapi akan lebih mudah dalam penggambaran dan penarikan garis konturnya.

b.      Metode Crossing
Metode crossing dilakukan dengan cara membuat sumbu utama, kemudian dibuat jalur-jalur  tegak lurus sumbu utama. Banyaknya jalur-jalur  tersebut tergantung  pada kebutuhan dan  tidak harus dengan jarak yang tetap. Metode ini memberikan kebebasan dalam menentukan titik-titik penyebarannya.



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.PELAKSANAAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I ( SIPAT DATAR )
A. MATERI PRAKTKUM
1. Mengatur alat ukur sipat datar
·         Mengukur sumbu I vertikal.
·         Mengatur benang silang tegak lurus sumbu I
·         Mengatur garis bidik sejajar garis arah nivo.
2. Pengukuran dengan sipat datar
·         Pengukuran sipat datar memanjang.
·         Pengukuran sipat datar melintang.

B. MENGATUR ALAT UKUR SIPAT DATAR
1. Mengatur Arah Vertikal Sumbu I
Statif didirikan dan piringan statif diusahakan sehorizontal mungkin. Kemudian dipasang waterpas dan unting-unting itu. Setelah keadaan alat benar-benar kokoh, barulah diadakan pengaturan nivo sebagai berikut:
·         Untuk mendapatkan sumbu I vertikal, gelombung nivo pada posisi I kita bawa keposisi II dengan memutar sekrup penyetel A dan B bersama-sama dengan arah berlawanan. Setelah mendapatkan posisi II,kemudian dibawa keposisi III dengan memutar sekrup C.
·         Setelah gelembung berada ditengah, maka posisi sumbu I sudah vertikal.
( Gambar 3.1 Sketsa Pengaturan Gelembung Nivo )
2. mengatur benang silang tegak lurus sumbu I
Setelah sumbu I benar-benar vertikal, kemudian dilakukan percobaan untuk meneliti garis visir tegak lurus sumbu I . Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
·         Titik P ( titik P merupakan titik tengah persegi panjang yang digambar pada kertas ) diletakkan ditempat yang bisa terlihat oleh waterpas setinggi teropong.
·         Bidik titik P tepat pada persilangan benang tengah dan garis vertikal yang terlihat pada waterpas. Bila titik itu tidak berada pada benang silang tengah, naik atau turunkan sehingga setinggi titik pada benang silang tengah.
·         Waterpas dicoba beberapa kali, kemudian bidikkan lagi ketitik P. Jika titik P selalu berada pada benang silang tengah, berarti benang silang horizontal sudah tegak silang sumbu I.

( Gambar 3.2 Sketsa Pangaturan Benang Silang Tegak Lurus Sumbu I )

3. Mengatur garis bidik sejajar arah nivo
·         Menentukan titik A dan B dengan jarak 15-20 meter. Kemudian mendirikan pesawat waterpas pada posisi I ( antara A dan B ).
·         Dari posisi diukur beda tinggi A dan B dengan membaca benang tengah rambu dititik A (bt A ) dan dititik B (bt B ). Cek dengan pembacaan benang atas (ba) dan benang bawah (bb).
·         Pesawat waterpas dipindah pada posisi II yaitu diluar titik A dan B tetapi tetap berada dalam satu garis lurus. Dari posisi II, dengan cara yang sama diukur beda tinggi A dan B. Bila beda tinggi tetap sama atau mendekati sama berarti pesawat waterpas telah terkoneksi dan siap dipakai.

4. Pengukuran Sipat Panjang Memanjang
·         Menentukan titik A ( titik awal pengukuran) dan titik B dengan jarak 20 meter atau sesuai keperluan, kemudian didirikan alat ukur waterpas pada posisi I yaitu berada ditengah-tengah titik A dan B. Pada titik tersebut dipasang pathok.
·         Pada titik A dan B dipasang rambu baca. Dari posisi alat satu dibaca ba,bb dan bt kemudian dilakukan pencatatan.
·         Dari posisi I, titik A merupakan titik bidik belakang dan titik B merupakan titik didik muka.
·         Menentukan titik C dengan cara menarik meteran dari titik B seperti pada cara pertama, kemudian mendirikan alat ukur pada posisi II yaitu antara titik B dan C. Dari posisi II dipasang rambu pada titik B dan C, kemudian dibaca pembacaan rambu lalu dilakukan pencatatan.
·         Jika dalam pengukuran terdapat belokan, diukur sudut belokan tersebut kemudian lanjutkan pengukuran berikutnya sampai kembali ketitik A ( awal pengukuran) sehingga hasil pengukuran merupakan polgon tertutup.
( Gambar 3.3 Sketsa Profil Memanjang )
5. Pengukuran Sipat Datar Melintang
Pengukuran sipat datar melintang dilakukan bersamaan dengan pengukuran sipat datar memanjang. Pada pengukuran ini cukup dilakukan pada pengukuran pada pembacaan rambu muka saja.
Cara pegukuran sipat datar melintang:
·         Diambil jarak ke kanan dan kekiri dari titik pokok / acuan  ( pada pembacaan rambu muka ) dengan jarak 1 meter atau bebas sesuai keperluan.
·         Jumlah titik pengukuran bisa 3 sama 5 titik ( disesuaikan dengan keadaan medan atau rencana ). Pada masing-masing titik didirikan rambu, kemudian dibaca ba,bb, dan bt lalu dilakukan pencatatan.
·         Pengukuran sipat datar melintang dilakukan pada setiap titik patok.
( Gambar 3.4 Sketsa Profil Melintang )

2.PELAKSANAAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II ( PEMETAAN )
Peralatan yang digunakan:
  • Theodolit
  • Statif
  • Bak ukur
  • Kompas
  • Payung
  • Meteran
  • Patok
  • Palu
  • Alat tulis
  • Formulir pengukuran
  • Unting-unting

Pelaksanaan  pengukuran
  • Persiapan
a)      Mempelajari situasi yang akan diukur
b)      Membuat gambar sket rencana pembuatan polygon tertutup
c)      Memasang patok-patok, baik patok titik-titik polygon maupun batas kepemilikan lahan.






  • Proses pengukuran
a)      Mendirikan instrumen pada Sta 1, posisi  theodolit tepat berada diatas titik dari paku yang terpasang pada pathok, dengan cara melihat melalui lensa pengamat sumbu vertikal.
b)      Stel nivo kotak dengan memutar sekrup nivo atau bisa dibantu dengan  kaki statif, hingga posisi gelembung benar-benar berada ditengah.
c)      Dikontrol kembali terhadap titik paku pada pathok dengan lensa pengamat sumbu vertikal.
d)     Stel nivo tabung dengan memutar ketiga sekrup pengatur nivo seperti cara dimuka hingga pesawat benar-benar siap dipakai.
e)      Mencari sumbu azimut kompas dengan cara:
·         Buat pembacaan horizontal = 0°
·         Klem repetisi dibuka hingga bacaan sudut horizontal kesemua arah = 0°
·         Kompas dipasang dan dicari arah utara magnetis, kemudian pastikan sudut horizontal pada 0°, kemudian klem repetisi dikunci kembali.
f)       Bak ukur didirikan pada Sta 2 muka dan  Sta x belakang
g)      Pesawat didirikan ke Sta 2, kemudian dilakukan pembacaan sudut biasa (horizontal) sebagai azimuth awal,serta dibaca juga sudut luar biasa,sudut vertikal dan pembacaan benang atas dan benang bawah  yang terlihat pada bak ukur.
h)      Arahkan pesawat pada Sta x  (terakhir) kemudian dibaca sudut-sudut vertikal biasa,luar biasa, serta ba(benang atas) dan bb (benang bawah).
i)        Dilanjutkan dengan mengukur penyebaran dengan sudut dan jarak sembarang mengitari Sta 1 dengan jumlah titik  50 titik,termasuk titik-titik batas kepemilikan tanah.
j)        Dibaca sudut horizontal dan vertikal serta ba (benang atas),bb (benang bawah) pada masing-masing titik pengamatan.
k)      Instrumen dipindahkan ke Sta 2 dan melakukan pengukuran dengan cara yang sama.
l)        Begitu dan seterusnya kita melakukan pengukuran pada setiap Sta (titik) hingga titik polygon yang terakir dan membentuk polygon tertutup.




BAB IV
PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM


A.        ILMU UKUR TANAH I                                                                             
       1.  Perhitungan Beda Tinggi Arah Memanjang                                                                                                              
            Rumus :
            ∆h = Bt Belakang - Bt Muka                                                                                                                                                                                               
            ∆h I                 =          1135    -     1520          =          -0,3850 m                                ∆h II                =            1870    -     1977,5       =          -0,1075 m
            ∆h III              =          1320    -     1595          =          -0,2750 m                                ∆h IV              =            1085    -     1290          =          -0,2050 m                                ∆h V                =          1460    -     1210          =              0,2500 m                                ∆h VI              =          1492,5 -     1605          =          -0,1125 m                                ∆h VII             =          1580    -     1500          =           0,0800 m                                ∆h VIII           =            1300    -     1545          =          -0,2450 m                   
            ∆h IX              =          1220    -     1220          =           0,0000 m                                ∆h X                =            1730    -     1132,5       =           0,5975 m                                ∆h XI              =          1665    -       710          =            0,9550 m                               

2.      Perhitungan Jarak Antar Titik

D = A.Y.COS² h

D = Jarak
A = Konstanta = 100
Y = ba – bb
h = 90° - sudut vertikal                                                                                                                       
            Sudut vertikal dianggap 90°
            D I       -           A         = 100 X ( 1180            -           1090 ) X 1       = 9,0    m
            D I       -           B         = 100 X ( 1570            -           1470 ) X 1       = 10,0  m
            D II     -           B         = 100 X ( 1920            -           1820 ) X 1       = 10,0  m
            D II     -           C         = 100 X ( 2035            -           1920 ) X 1       = 11,5  m
            D III    -           C         = 100 X ( 1370            -           1270 ) X 1       = 10,0  m
            D III    -           D         = 100 X ( 1650            -           1540 ) X 1       = 11,0  m
            D IV    -           D         = 100 X ( 1150            -           1020 ) X 1       = 13,0  m
            D IV    -           E          = 100 X ( 1350            -           1230 ) X 1       = 12,0  m
            D V     -           E          = 100 X ( 1510            -           1410 ) X 1       = 10,0  m
            D V     -           F          = 100 X ( 1270            -           1150 ) X 1       = 12,0  m
            D VI    -           F          = 100 X ( 1500            -           1485 ) X 1       = 1,5    m
            D VI    -           G         = 100 X ( 1670            -           1540 ) X 1       = 13,0  m
            D VII  -           G         = 100 X ( 1600            -           1560 ) X 1       = 4,0    m
            D VII  -           H         = 100 X ( 1560            -           1440 ) X 1       = 12,0  m
            D VIII-           H         = 100 X ( 1360            -           1240 ) X 1       = 12,0  m
            D VIII -           I           = 100 X ( 1610            -           1480 ) X 1       = 13,0  m
            D IX    -           I           = 100 X ( 1270            -           1170 ) X 1       = 10,0  m
            D IX    -           J           = 100 X ( 1280            -           1160 ) X 1       = 12,0  m
            D XI    -           J           = 100 X ( 1780            -           1680 ) X 1       = 10,0  m
            D XI    -           K         = 100 X ( 1185            -           1080 ) X 1       = 10,5  m
            D XII  -           K         = 100 X ( 1705            -           1625 ) X 1       = 8,0    m
            D XII  -           A         = 100 X ( 760              -           660   ) X 1       = 10,0  m
                                                                                                Σ D                 = 224,5 m       


3.      PERHITUNGAN ELEVASI SEMENTARA

Rumus :           

H = Hbel + ∆h

Keterangan

H = Elevasi Titik Yang Dicari 
Hbel = Elevasi Sebelumnya
∆h    = Beda Tinggi Yang Dicari Dengan Titik Sebelumnya


Hitungan Elevasi Sementara


Elevasi titik     K         =          100      m
Elevasi titik     A         =          100      +          -0,3850            =          99,6150   m
Elevasi titik     B         = 99,6150        +          -0,1075            =          99,5075   m
Elevasi titik      C         = 99,5075        +          -0,2750            =          99,2325   m
Elevasi titik      D         = 99,2325        +          -0,2050            =          99,0275   m
Elevasi titik     E          = 99,0275        +          0,2500             =          99,2775   m
Elevasi titik     F          = 99,2775        +          -0,1125            =          99,1650   m
Elevasi titik      G         = 99,1650        +          0,0800             =          99,2450   m
Elevasi titik     H         = 99,2450        +          -0,2450            =          99,0000   m
Elevasi titik     I           = 99,0000        +          0,0000             =          99,0000   m
Elevasi titik     J           = 99,0000        +          0,5975             =          99,5975   m
Elevasi titik      A         = 99,5975        +          0,9550             =          100,5525 m
                                                                                                                                   
                                                                                                                                   
           

            Karena tidak kembali ke 100 , maka ada koreksi :                                                    
            Rumus :
K = d * 
 


            Keterangan
            K  = Koreksi                                                                                                  
            D  = Jarak antara titik                                                                                    
            Fh = Besar koreksi                                                                                                      D  = Jumlah jarak                                                                                                                   
            Perhitungan koreksi beda tinggi :                                                                                                                  
            Fh           =       100,5525         -           100      =          0,5525 ( Koreksi)       
            K_A-B            =          19,0     X         0,5525 /           224,5   =          0,0468 m        
            K_B-C            =          40,5     X         0,5525 /           224,5   =          0,0997 m        
            K_C-D            =          61,5     X         0,5525 /           224,5   =          0,1514 m        
            K_D-E            =          86,5     X         0,5525 /           224,5   =          0,2129 m        
            K_E-F =          108,5   X         0,5525 /           224,5   =          0,2670 m        
            K_F-G =          123,0   X         0,5525 /           224,5   =          0,3027 m        
            K_G-H            =          139,0   X         0,5525 /           224,5   =          0,3421 m        
            K_H-I =          164,0   X         0,5525 /           224,5   =          0,4036 m        
            K_I-J   =          186,0   X         0,5525 /           224,5   =          0,4578 m        
            K_J-K =          206,5   X         0,5525 /           224,5   =          0,5082 m        
            K_K-A            =          224,5   X         0,5525 /           224,5   =          0,5525 m        
                                                                                                                                   

4.      PERHITUNGAN ELEVASI TETAP PENAMPANG MEMANJANG

Rumus  :
Htn = Hn + Kn

Keterangan
Htn = Elevasi tetap                             
Hn  = Elevasi sementara                                                                      
Kn  = Koreksi

Hk        =          100
HA       =          99,6150           -           0,0468             =          99,5682 m
HB        =          99,5075           -           0,0997             =          99,4078 m
HC        =          99,2325           -           0,1514             =          99,0811 m
HD       =          99,0275           -           0,2129             =          98,8146 m
HE        =          99,2775           -           0,2670             =          99,0105 m
HF        =          99,1650           -           0,3027             =          98,8623 m
HG       =          99,2450           -           0,3421             =          98,902   m
HH       =          99,0000           -           0,4036             =          98,5964 m
HI         =          99,0000           -           0,4578             =          98,5422 m
HJ         =          99,5975           -           0,5082             =          99,0893 m
HK       =          100,5525         -           0,5525             =          100        m                              
5.      PERHITUNGAN BEDA TINGGI PROFIL MELINTANG

Rumus :                       
Htd = EL + ∆h                                                           

Keterangan                                                                              
Htd = Elevasi tetap                                                                             
∆h   = Beda tinggi profil melintang                                                                            
                                                                                               
            a. STA 1 (Titik ikat A)                                                                                   
            ∆h B - 1           =          1520    -           555,0   =          0,9650 m
            ∆h B - 2           =          1520    -           617,5   =          0,9025 m
            ∆h B - 3           =          1520    -           710,0   =          0,8100 m
            ∆h B - 4           =          1520    -           825,0   =          0,6950 m
                                                                                               
            b. STA 1 (Titik ikat B)                                                                                   
            ∆h B - 1           =          1977,5 -           1650    =          0,3275 m
            ∆h B - 2           =          1977,5 -           1600    =          0,3775 m
            ∆h B - 3           =          1977,5 -           1470    =          0,5075 m
            ∆h B - 4           =          1977,5 -           1383    =          0,5950 m
                                                                                               
            c. STA 1 (Titik ikat C)                                                                                   
            ∆h C - 1           =          1595    -           1950    =          -0,3550 m
            ∆h C - 2           =          1595    -           1955    =          -0,3600 m
            ∆h C - 3           =          1595    -           2002,5 =          -0,4075 m
            ∆h C - 4           =          1595    -           1990    =          -0,3950 m
                                                                                               
            d. STA 1 (Titik ikat D)                                                                                  
            ∆h D- 1           =          1290    -           1575    =          -0,2850 m
            ∆h D- 2           =          1290    -           1605    =          -0,3150 m
            ∆h D- 3           =          1290    -           1570    =          -0,2800 m
            ∆h D- 4           =          1290    -           1590    =          -0,3000 m
                                                                                               
            e. STA 1 (Titik ikat E)                                                                                   
            ∆h E - 1           =          1210    -           1253    =          -0,0425 m
            ∆h E - 2           =          1210    -           1260    =          -0,0500 m
            ∆h E - 3           =          1210    -           1340    =          -0,1300 m
            ∆h E- 4            =          1210    -           1420    =          -0,2100 m
                                                                                               
            f. STA 1 (Titik ikat F)                                                                        
            ∆h F - 1           =          1605    -           1217,5 =          0,3875 m
            ∆h F - 2           =          1605    -           1200    =          0,4050 m
            ∆h F - 3           =          1605    -           1220    =          0,3850 m
            ∆h F - 4           =          1605    -           1262,5 =          0,3425 m
                                                                                               
            g. STA 1 (Titik ikat G)                                                                                   
            ∆h G - 1          =          1500    -           1590    =          -0,0900 m
            ∆h G - 2          =          1500    -           1605    =          -0,1050 m
            ∆h G - 3          =          1500    -           1610    =          -0,1100 m
            ∆h G - 4          =          1500    -           1625    =          -0,1250 m
                                                                                               
            h. STA 1 (Titik ikat H)                                                                                   
            ∆h H - 1          =          1545    -           1470    =          0,0750 m
            ∆h H - 2          =          1545    -           1475    =          0,0700 m
            ∆h H - 3          =          1545    -           1595    =          -0,0500 m
            ∆h H - 4          =          1545    -           1595    =          -0,0500 m
                                                                                               
            i. STA 1 (Titik ikat I)                                                                         
            ∆h I - 1            =          1220    -           1480    =          -0,2600 m
            ∆h I - 2            =          1220    -           1495    =          -0,2750 m
            ∆h I - 3            =          1220    -           1700    =          -0,4800 m
            ∆h I - 4            =          1220    -           1845    =          -0,6250 m
                                                                                               
            j. STA 1 (Titik ikat J )                                                                        
            ∆h J - 1            =          1132,5 -           1090    =          0,0425 m
            ∆h J - 2            =          1132,5 -           1147,5 =          -0,0150 m
            ∆h J - 3            =          1132,5 -           1252,5 =          -0,1200 m
            ∆h J - 4            =          1132,5 -           1240    =          -0,1075 m
                                                                                               
            k. STA 1 (Titik ikat K )                                                                                  
            ∆h K - 1          =          710,0               1032,5 =          -0,3225 m
            ∆h K - 2          =          710,0               1120,0 =          -0,4100 m
            ∆h K - 3          =          710,0               1140,0 =          -0,4300 m
            ∆h K - 4          =          710,0   -           1172,5 =          -0,4625 m
                                                                                               
                                                                                               
6.      PERHITUNGAN BEDA TINGGI PROFIL MELINTANG                                                                  
            Rumus                                                                        
            Htd = EL + ∆h                                                                                  
                                                                                               
            Keterangan                                                                             
            Htd = Elevasi tetap                                                                            
            EL    = Elevasi tetap STA                                                                              
            ∆h   = Beda tinggi profil melintang                                                                           
            Perhitungan                                                                            
                                                                                               
            I . STA titik ikat K ( Elevasi + 100 )                                                                         
            H - 1    =          100                  -           -0,3225            =          100,3225         m
            H - 2    =          100                  -           -0,4100            =          100,4100         m
            H - 3    =          100                  -           -0,4300            =          100,4300         m
            H - 4    =          100                  -           -0,4625            =          100,4625         m
                                                                                               
            II . STA titik ikat A ( Elevasi + 99,5682 )                                                                             
            H - 1    =          99,5682           -           0,5800             =          98,9882           m
            H - 2    =          99,5682           -           0,5175             =          99,0507           m
            H - 3    =          99,5682           -           0,4250             =          99,1432           m
            H - 4    =          99,5682           -           0,3100             =          99,2582           m
            III . STA titik ikat B ( Elevasi + 99,4078 )                                                                 H - 1    =          99,4078            -           0,3275             =          99,0803           m
            H - 2    =          99,4078           -           0,3775             =          99,0303           m
            H - 3    =          99,4078           -           0,5075             =          98,9003           m
            H - 4    =          99,4078           -           0,5950             =          98,8128           m
                                                                                               
            IV . STA titik ikat C ( Elevasi + 99,0811 )                                                                 H - 1    =          99,0811            -           -0,3550            =          99,4361           m
            H - 2    =          99,0811           -           -0,3600            =          99,4411           m
            H - 3    =          99,0811           -           -0,4075            =          99,4886           m
            H - 4    =          99,0811           -           -0,3950            =          99,4761           m
                                                                                               
            V . STA titik ikat D ( Elevasi + 98,8146 )                                                                  H - 1    =          98,8146            -           -0,2850            =          99,0996           m
            H - 2    =          98,8146           -           -0,3150            =          99,1296           m
            H - 3    =          98,8146           -           -0,2800            =          99,0946           m
            H - 4    =          98,8146           -           -0,3000            =          99,1146           m
                                                                                               
            VI . STA titik ikat E ( Elevasi + 99,0105 )                                                                 H - 1    =          99,0105            -           -0,0425            =          99,0530           m
            H - 2    =          99,0105           -           -0,0500            =          99,0605           m
            H - 3    =          99,0105           -           -0,1300            =          99,1405           m
            H - 4    =          99,0105           -           -0,2100            =          99,2205           m
                                                                                               
            VII . STA titik ikat F ( Elevasi + 98,8623 )                                                                H - 1    =          98,8623            -           0,3875             =          98,4748           m
            H - 2    =          98,8623           -           0,4050             =          98,4573           m
            H - 3    =          98,8623           -           0,3850             =          98,4773           m
            H - 4    =          98,8623           -           0,3425             =          98,5198           m
                                                                                               
            VIII . STA titik ikat G ( Elevasi + 98,9029 )                                                             H - 1    =          98,9029            -           -0,0900            =          98,9929           m
            H - 2    =          98,9029           -           -0,1050            =          99,0079           m
            H - 3    =          98,9029           -           -0,1100            =          99,0129           m
            H - 4    =          98,9029           -           -0,1250            =          99,0279           m
                                                                                               
            IX . STA titik ikat H ( Elevasi + 98,5964 )                                                                H - 1    =          98,5964            -           0,0750             =          98,5214           m
            H - 2    =          98,5964           -           0,0700             =          98,5264           m
            H - 3    =          98,5964           -           -0,0500            =          98,6464           m
            H - 4    =          98,5964           -           -0,0500            =          98,6464
           
            X . STA titik ikat I ( Elevasi + 98,5422 )                                                                   H - 1    =          98,5422            -           -0,2600            =          98,8022           m
            H - 2    =          98,5422           -           -0,2750            =          98,8172           m
            H - 3    =          98,5422           -           -0,4800            =          99,0222           m
            H - 4    =          98,5422           -           -0,6250            =          99,1672           m
                                                                                               
            XI . STA titik ikat j ( Elevasi + 99,0893 )                                                                  H - 1    =          99,0893            -           0,0425             =          99,0468           m
            H - 2    =          99,0893           -           -0,0150            =          99,1043           m
            H - 3    =          99,0893           -           -0,1200            =          99,2093           m
            H - 4    =          99,0893           -           -0,1075            =          99,1968           m



PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
                                                                                                                                                           
Perhitungan Galian dan Timbunan diratakan pada elevasi 99,000     m
1.        Ruas titik A - B  
                                        
Beda tinggi          = 99,5682   - 99,000    = 0,5682 m
Beda tinggi          = 99,4078   - 99,000    = 0,4078 m

a.      Perhitungan Volume Timbunan                            

Volume Timbunan = Kosong (Tidak ada timbunan )

b.      Perhitungan Volume Galian                                  
 X (
 
Volume Galian =        0,5682 + 0,4078 ) X    19,00   X 4 =   37,0906 m³     

2.      Ruas titik B - C                                                                      

Beda tinggi     = 99,4078 - 99,000      = 0,4078  m
Beda tinggi     = 99,0811 - 99,000      =  0,0811 m

a.    Perhitungan Volume Timbunan                 

Volume Timbunan = Kosong (Tidak ada timbunan )

b.   Perhitungan Volume Galian                                               
 X (
 
Volume Galian =          0,4078 +  0,0811 ) X 21,50 X 4 = 21,0259  

3.      Ruas titik C - D                                                                                  

Beda tinggi     = 99,0811 - 99,000      = 0,0811 m
Beda tinggi     = 99,000   - 98,8146    = 0,1854 m     

a.      Perhitungan Volume Timbunan                      

Dimana alas            = 21,00 – X
21,00-X/21,00        = 0,1854/ ( 0,0811     +          0,1854 )
21,00 – X               = ( 0,1854 X 21,00 ) / (0,0811 + 0,1854)
X                            = 14,6094

 X (
Dimana alas            = 21,00 – X = 21,00 – 14,6094        = 6,3906
Volume Timbunan =        6,3906 X 0,1854 X 4)             = 2,3697 m³

b.     
 X (
Perhitungan Volume Galian                                        
Volume Galian       =         6,3906 X 0,0811 X    4 )        = 1,0366 m³    
                            
4.      Ruas titik D – E
                                                            
Beda tinggi       = 99,000 - 98,815 = 0,1854 m           
Beda tinggi       = 99,010 - 99,000 = 0,0105 m

a.      Perhitungan Volume Timbunan                       

Dimana alas           = 25,00 - X     
25,00-X/25,00       = 0,1854 / (      0,0105 +          0,1854 )
25,00 - X               = ( 0,1854 X 25,00 ) / ( 0,0105 + 0,1854 )
X                           = 23,6624                                                       

 X (
Dimana alas           = 25,00 - X      = 25,00 - 23,6624        =          1,3376
Volume timbunan  =          1,3376 x 0,1854 x 4                =          4,9591 m

b.      Perhitungan Volume Galian                             
 X (
 
Volume Galian =               23,6624  X 0,0105 X  4          =          0,4959

     
5.      Ruas titik E - F                                                                      

Beda tinggi       = 99,010 - 99,000        = 0,0105 m
Beda tinggi       = 99,000 - 98,862        = 0,1377 m     


a.      Perhitungan Volume Timbunan                        

Dimana alas            = 22,00 - X                                                     
22,00-X/22,00        = 0,0105 / (      0,1377 + 0,0105          )          
22,00 - X                = ( 0,0105 X    22,00   ) / (       0,1377 +  0,0105         )
X                            = 1,5557                                             

Dimana alas            = 22,00 - X      = 22,00  - 1,5557         = 20,4443
 X (
 
Volume Timbunan  =          20,4443 X 0,1377  X  4 )        = 5,6306 m³

b.      Perhitungan Volume Galian                                          
 X ( 
 
Volume Galian =         1,5557 X 0,0105 X            4                      = 0,0326 m³






6.      Ruas titik F - G                                                                      

Beda tinggi       = 99,000 - 98,8623      = 0,1377 m
Beda tinggi       = 99,000 - 98,9029      = 0,0971 m     

a.      Perhitungan Volume Timbunan
 X ( 
                              
Volume Timbunan =          0,1377 + 0,0971 ) X    14,50   X 4      = 6,8089 m

b.      Perhitungan Volume Galian                                          
Volume Galian       = Kosong (Tidak ada galian )                       

7.      Ruas titik G - H                                                                     

Beda tinggi       = 99,000 - 98,9029      = 0,0971 m
Beda tinggi       = 99,000 - 98,5964      = 0,4036 m

a.      Perhitungan Volume Timbunan                        
 X ( 
 
Volume Timbunan =          0,0971 + 0,4036 ) X    16,00   X 4      = 16,0221 m³

b.      Perhitungan Volume Galian                              

Volume Galian = Kosong (Tidak ada galian )                              

8.      Ruas titik H - I                                                                                               

Beda tinggi       = 99,000 - 98,5964      = 0,4036 m
Beda tinggi       = 99,000 - 98,5422      = 0,4578 m     

a.      Perhitungan Volume Timbunan                                    
 X ( 
 
Volume Timbunan =          0,4036 + 0,4578 ) X 25,00 X 4 = 43,0679    

b.      Perhitungan Volume Galian                                          

Volume Galian = Kosong (Tidak ada galian )      
9.      Ruas titik I - J                                                                                                

Beda tinggi       = 99,000 - 98,5422      = 0,4578 m
Beda tinggi       = 99,089- 99,000         = 0,0893 m                             


a.      Perhitungan Volume Timbunan                                                

Dimana alas            = 22,00 - X                                                                
22,00-X/22,00        = 0,4578 / (      0,0893 + 0,4578          )
22,00 - X                = ( 0,4578 X 22,00 ) / ( 0,0893 + 0,4578 )     
X                            = 18,4088                                                       

 X ( 
Dimana alas            = 22,00 – X =  22,00   - 18,4088         = 3,5912         
Volume timbunan         =          3,5912  x 0,4578 x 4 )            = 32,8776 m³
b.      Perhitungan Volume Galian                                                      
 X ( 
 
Volume Galian =                8,4088 X 0,0893 X 4 )            = 3,2878 m³    

10.  Ruas titik J - K                                                                                              

Beda tinggi       = 99,089 - 99,000 = 0,0893  m
Beda tinggi       = 100      - 99,000 = 1,0000  m                                   

a.      Perhitungan Volume Timbunan                                    

Volume Timbunan = Kosong (Tidak ada timbunan )                   

b.      Perhitungan Volume Galian                                                      
 X ( 
 
Volume Galian =          0,0893 + 1,0000 ) X 20,50 X 4 = 44,661

11.  Ruas titik K - A                                                                                 

Beda tinggi       = 100      - 99,000 = 1,0000 m
Beda tinggi       = 99,568 - 99,000 = 0,5682 m           

a.      Perhitungan Volume Timbunan                                    

Volume Timbunan = Kosong (Tidak ada timbunan )       

b.     
 X ( 
Perhitungan Volume Galian                                                                                                                                     
Volume Galian =           1,0000 +   0,5682 ) X 18,00 X     4 = 56,457 m³


JADI   :                                                                 

TOTAL VOLUME TIMBUNAN          = 2,3697 + 4,9591 + 5,6306 + 6,8089 +                                                      16,0221 + 43,0679 + 32,8776                                                                       =  111,7359 m³

TOTAL LUAS GALIAN                                    = 37,0906 + 21,0259 + 1,0366 + 0,4959 +                                                   0,0326   +  3,2878  + 44,661 +  56,457                                                       = 164,0874 m³      



                                                                                   

DAFTAR PUSTAKA

Fitriadi, Galuh.2015 Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Purworejo : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Nusantoro,Agung.2010 Materi Kuliah : Ilmu Ukur Tanah . Purworejo : Universitas Muhammadiyah Purworejo.

























B.     PERHITUNGAN DATA ILMU UKUR TANAH II ( THEODOLITE )

PERHITUNGAN POLIGON TERTUTUP


                                                                                                                                                               
1.      Perhitungan Sudut  Dalam ( θ )
      a.                                                               Sudut Dalam Biasa
                                                                        θ1        = (360°- 298°19'10" )+ 24°23'10"                                                                             = 86°4'0"       
     

     
                                                                        Sudut Dalam Luar Biasa                                                                                            
                                                                        θ1        = 204°19'10" - 118°19'10"
                                                                           = 86°0'0"                                                                                
                                                                                                                                                            Rata-rata                                                                       
                                                                        θ1        = 86°4'0" + 86°0'0" / 2                                                                                              = 86°2'0"                                                                                           
                                                                       
   b.                                                                  Sudut Dalam Biasa                                                     θ2        = 283°14'30" - 163°14'30"
                                                                                    = 120°0'0"                                                                                                                                            
                                                              




                                                                        Sudut Dalam Luar Biasa                                             θ2        = ( 360°-345°14'30") + 105°14'30"
                                                                                     = 120°0'0"                                                     
                                                                       
                                                                       
                                                                        Rata-rata                    
                                                                                     = 120°0'0" +120°0'0" / 2                                           = 120°0'0"                                                                                                                                               
                                                              
  c.                                                                   Sudut Dalam Biasa                                                     θ2        = 100°12'30" - 4°12'30"                                                           = 96°0'0"                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           






                                                                       
                                                                        Sudut Dalam Luar Biasa                                             θ2        = 280°12'30" - 184°12'30”
                                                                                     = 96°0'0"                                                                                                                                             
                                                                       
                                                                       

                                                                        Rata-rata                                                                                = 96°0'0" + 96°0'0" / 2                                                                           = 96°0'0"                                                                                                                                                                                                                               
 d.
                                                                        Sudut Dalam Biasa                                                     θ2        = 168°10'0" + 67°10'0"                                                            = 101°0'0"                                                                                                                                         
                                                                                                                                                           




                                                                        Sudut Dalam Luar Biasa                                             θ2        = 348°10'0" -  247°10'0"                                                          = 101°0'0"                                                                                                                                         
                                                                       
                                                                        Rata-rata                                                                                 = 101°0'0" + 101°0'0" / 2                                                                         = 101°0'0"                                         
                                                                                               
e.                                                                     Sudut Dalam Biasa                                                     θ2        = 351°10'0" - 214°10'0"                                                                       = 137°0'0"
                                                                       






                                                                       

                                                                       
                                                                        Sudut Dalam Luar Biasa                                             θ2        = 159°10'0" - 22°10'0"                                                                         = 137°0'0"                                                                                                                                        
                                                                                                                                                           

                                                                       

                                                                        Rata-rata                                                                                 = 137°0'0" + 137°0'0" / 2                                                                         = 137°0'0"                                                                                                                                         
                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           



















2.      Perhitungan Sudut Dalam Terkoreksi                                            

Ʃ θn = ( n-2 ).180°
           Ʃ θn = θ1 + θ2 + θ3 + θ4 + θ5                                                            
           n = Jumlah Titik Ikat                                                                                                   
                 Ʃ θn =         θ1 =     86° 2' 0"                                                                                                          θ2 =                 120° 0' 0"                                                                                                    θ3 =     96° 0 '0"                                                                                                          θ4 =     101°0'0"                                                                                                           θ5 =     137°0'0"                                                                                  Ʃ θn  =             539°57'0"                                                                                               
                                                                                                                       
           f θ         =         Ʃθ - Ʃθn                                                                                                                     =           539°57'0" - ( 5-2 ). 180°                                                                                               =          - 0° 2' 0"                                                                                                                                                                                 
            Koreksi Sudut Dalam                                                                                                
                          =        - 0°3'0     = - 0° 0' 24”
                                       5                                                                                          
             Koreksi                                                                                                           
                 θ 1 =    86°2'0"        -           ( - 0°0'24" )      =          86°2'24"         
                 θ 2 =    120°0'0"      -           ( - 0°0'24" )      =          120°0'24"       
                 θ 3 =    96°0'0"        -           ( - 0°0'24" )      =          96°0'24"         
                 θ 4 =    101°0'0"      -           ( - 0°0'24" )      =          101°0'24"       
                 θ 5 =    137°0'0"      -           ( - 0°0'24" )      =          137°0'24"       
                                                                                                                                               
3.      Perhitungan Azimuth
Rumus = αn = n-1 -180° + αn

Azimut awal ST1 (α1) =  24°23'10"

               α1 = 24°23'10"
               α2 = 24°23'10"         - 180° + 120° 0' 24"     = - 35°36’26”
                                                                                    = - 35°36’26” + 360°
                                                                                    = 324°23’34”
               α3 = 324°23’34”       - 180° +  96°0'24"        = 240°23’58”
               α4 = 240°23’58”       - 180° +  101°0'24"      = 161°24’22”
               α5 = 161°24’22”       - 180° +  137°0'24"      = 118°24’46”
α1 = 118°24’46”       - 180° +  86°2'24"        = 24°23’10”




4.      Perhitungan Jarak Optis                                                                                               
           D = A.Y.Cos²H                                                                                               
                                                                                               
           Keterangan                                                                                          
                                                                                   
           D = Jarak Optis                                                                                               
           A = 100                                                                                               
           Y = BA - BB                                                                                       
           H = 90 - Sudut Vertikal                                                                                              
                                                                                               
           D I  - II             = 100.(820    - 570   ).Cos² ( 96°34'30" - 90°) = 24.6723  m  
           D II - I              = 100.(2540  - 2290 ).Cos² ( 84°23'10" - 90°) = 24.7608  m  
           Rata - Rata       =                      24.6723  + 24.7608                             = 24.7166  m
         2

           D II  - III          = 100.( 2300  - 2050 ).Cos² ( 94°32'30" - 90°)            = 24.8433  m

           D III - II           = 100.( 1930  - 1680 ).Cos² ( 88°34'30" - 90°)            = 24.9846  m

           Rata - Rata       =                      24.8433 + 24.9846                              = 24.9140  m
                                                                           2

D III - IV         = 100.( 3890  - 3640  ).Cos² ( 91°30' 0" - 90°)            = 24.9829  m

D IV  - III        = 100.( 2040     - 1780  ).Cos² ( 94°32' 30" - 90°)       = 25.8370  m  
           Rata - Rata       =                      24.9829 + 25.8370                             = 25.4100  m
                                                                 2

D IV - V           = 100.( 3560  - 3320  ).Cos² ( 89°30' 0" - 90°)            = 23.9982  m

D V  - IV          = 100.( 860     - 610   ).Cos² ( 93°30' 0" - 90°)            = 24.9069  m

           Rata - Rata       =                      23.9982 + 24.9069                             = 24.4539  m
                                                                 2

D V - I              = 100.( 1150  - 2280   ).Cos² ( 87° 9' 10" - 90°)          = 25.9359  m  
D I  - V             = 100.( 350    - 100   ).Cos² ( 89°30' 0"  - 90°)            = 24.9981  m  
           Rata - Rata       =                      25.9359 + 24.9981                             = 25.467  m
                                                                 2
          Ʃθn             =24.7166   + 24.9140  + 25.4100  + 24.4539  25.467 
                                    = 124.9615

5.      Koreksi Jarak

Rumus :
K.Dsinα            =            Dn.fx             ; K.Dsinα         =            Dn.fy                
                                        Ʃ D                                                     Ʃ D 


a)               D sin α
            D I – II                        = 24.7166        sin 24°23’10”              = 10.2051
            D II – III         = 24.9140        sin 324°23’34”            = - 14.5056
            D III – IV       = 25.4100        sin 240°23’58”            = - 22.0938
            D IV – V         = 24.4539        sin 161°24’22”            =   7.7974
            D V – I            = 25.467          sin 118°24’46”            =   22.3994
                                                                                               +
                                               Jumlah           = 3.8025         

            Ʃ D     =            3.8025                                   = 0.030429372
124.9615

           D I – II                        =24.7166  X (-0.030429372   ) = -0.7521
           D II – III         = 24.9140 X(-0.030429372    ) = -0.7581
D III – IV       = 25.4100 X(-0.030429372    ) = -0.7732
           D IV – V         = 24.4539 X (-0.030429372   ) = -0.7441
D V – I            = 25.467  X(-0.030429372     ) = -0.7749
                                                                                               +
                                               Jumlah           =  -3.8025
 
               D sin α  Terkoreksi
                        10.2051           +          (-0.75216)       =          9.4530
                        - 14.5056         +          (-0.7581)         =          -15.2637
                        - 22.0938         +          (-0.7732)         =          -22.8670
                        7.7974             +          (-0.7441)         =          7.0533
                        22.3994           +          (-0.7749)         =          21.6245
                       
                                                                                                +
                                                            Jumlah           = 0.0000


b)     D cos α
D I – II          = 24.7166 cos 24°23’10”        = 22.5114
  D II – III      = 24.9140 cos 324°23’34”      = 20.2557
  D III – IV    = 25.4100 cos 240°23’58”      = - 12.5512
  D IV – V      = 24.4539 cos 161°24’22”      = - 23.1774
  D V – I         = 25.467 cos 118°24’46”        = - 12.1177
                                                                                               +
                                               Jumlah           = -5,0792        

Ʃ D     =            -5.0792                                  =  -0.040646119
124.9615





  D I – II         =  24.7166 X (0.040646119)  =          1.0046
  D II – III      = 24.9140 X (0.040646119)   =          1.0127
               D III – IV    = 25.4100 X (0.040646119)   =          1.0328
               D IV – V      =24.4539 X (0.040646119)    =          0.9940
               D V – I         =25.4670X (0.040646119)     =          1.0351

                                                                                                           +
                                               Jumlah           =          5.0792

D cos α  Terkoreksi
                        22.5114           +          (1.0046)           =          23.5160
                        20.2557           +          (1.0127)           =          21.2684
                        -12.5512          +          (1.0328)           =          -11.5184
                        -23.1774          +          (0.9940)           =          -22.1834
                        -12.1177          +          (1.0351)           =          -11.0826
                                                                                                            +
                                                            Jumlah           =          0.0000

                                                          







6.      Perhitungan Koordinat X dan Y                                                                      
a.Absis ( X )                                                                                                               
            Xn       = (Xn-1) = D sin α Terkoreksi
            X       =          850                                         
            X       =          850                  +          9,4530             = 859,4530
                    =          859,4530         +          -15,2637          = 844,1893
            X        =          844,1893         +          -22,8670          = 821,3223
            X        =          821,3223         +          7,0533             = 828,3755
            X        =          828,3755         +          21,6245           = 850
                                   
            b. Absis ( Y )              
                                   
           Y         =          850                                         
           Y         =          850                 +          23,5160           = 873,5160
           Y         =          873,5160         +          21,2684           = 894,7844
           Y         =          894,7844         +          -11,5184          = 883,2660
           Y         =          883,2660         +          -22,1834          = 861,0826
           Y          =          861,0826         +          -11,0826          = 850  
                                                                                         
7.        Perhitungan Beda Tinggi

Δh = t + D tan h – bt                                h = heling ( 90°- sudut vertical )

v  Δh I-II            = 1,46 + 24.6723 tg (90°-96°34'30") - 0,695  = - 2,9319 m
        Δh II-I            = 1,52 + 24.7608 tg (90°-84°23'10") - 2,415  =   1,5389  m
        Rata – Rata    =                      2,9319 + 1.5389                     = - 2,2354  m
                                                                          2

v  Δh II-III         = 1,52 + 24.8433  tg (90°-94°32'30") - 2,175 = - 2,6284 m

Δh III-II         = 1,43 + 24.9846  tg (90°-88°34'30") - 1,805 =   0,2466 m


        Rata – Rata    =                      -2,6284 + 0,2466                    = - 1,1909 m
                                                                          2

v  Δh III-IV       = 1,43 + 24.9829  tg( 90°-91°30' 0")- 0,125   =    0,6508m

Δh IV-III       = 1,51 + 25.8370  tg(90◦-94°32' 30")- 0,130  = - 0,6724 m

Rata – Rata    =                      0,6508 + 0,6724                     =   0,6616 m
                                                             2

v  Δh IV-V        = 1,51 + 23.9982  tg(90-89°30' 0" )- 0,120     =  1,5995 m

Δh V-IV        = 1,58 + 24.9069  tg(90-93°30' 0" )- 0,125     = -0,0684 m

Rata – Rata    =                      1,5995 + -0,0684                    =  0,7656 m
                                                             2

v  Δh V-I           = 1,58 + 25.9359  tg(90°-87° 9' 10")- 1,715   =  1,6950 m

Δh I-V           = 1,46 + 24.9981  tg (90°-89°30' 0")- 0,225   =  1,4532 m


Rata – Rata    =                      1,6950 + 1,4532                     =  1,5741 m
                                                             2



8.      Perhitungan Elevasi Sementara
H = Hb+h

H     = Elevasi titik yang dicari
Hb   = Elevasi titik sebelumnya
H     = Elevasi titik sementara

Elevasi Titik
     I      =          85                    +          -2,2354            = 82,7646
     II    =          82,7646           +          -1,1909            = 81,5737
     III   =          81,5737           +          0,6616             = 82,2353
     IV   =          82,2353           +          0,7656             = 83,0009
     V    =          83,0009           +          1,4741             = 84,4750

     Fh   =          85                    -           84,4750           = 0,5250





9.      Perhitungan Beda Tinggi Terkoreksi
      Formula   =          K         = Dn .fh
                                                     ƩD

      K I             =                      (24.7166 )X     0,5250                                     = 0,1038
                                                            124.9615

      K II           =                      (24.7166 + 24.9140)X 0,5250                                    =0,2085
                                                124.9615

      K III          =          (24.7166 + 24.9140 + 25.4100)X 0,5250                   = 0,3153
                                                            124.9615

      K IV          =          (24.7166 +24.9140 +25.4100+24.4539 )X 0,5250     = 0,4180
                                                124.9615

      K V           =(24.7166 +24.9140+25.4100+24.4539+25.4670 )X 0,5250= 0,5250                                                                                        124.9615


10.  Perhitungan Elevasi Tetap

Htn            = hn+kn
Htn            = Elevasi tetap ke-n
Hn             = Elevasi sementara ke-n
Kn             = Koreksi ke-n
                                                                                   
Ht  I           =          85        m                                
Ht  II         =          82,7646           +          0,1038             = 82,8684 m
Ht  III        =          81,5737           +          0,2085             = 81,7822 m
Ht  IV        =          82,2353           +          0,3153             = 82,5506 m
Ht  V         =          83,0009           +          0,4180             = 83,4189 m
Ht  I           =          84,4750           +          0,5250             = 85          m





Tidak ada komentar:

Posting Komentar